Jumat, 21 September 2007

MENJUAL PULAU IMPIAN KARIMUNJAWA

Apa yang tidak bisa dijual dari Kabupaten Jepara, kecuali kayu ukir yang sudah lebih awal mendunia? Jawabnya, hampir semua potensi di kawasan pesisir pantai utara (pantura) Jawa Tengah ini layak jual. Tak kecuali sektor pariwisatanya.

Memang, diam-diam tanpa banyak promosi, Kabupaten Jepara sejak lama menyembunyikan sebuah tempat wisata yang elok tiada tara, yaitu Pulau Karimunjawa. Pulau indah menawan ini memiliki “seribu keajaiban” yang dimungkinan selalu membikin penasaran kaum pelesiran. Namun barangkali lantaran kurang promosi, serta letaknya yang terisolir (terpisah 80 kilometer dari daratan kabupaten pemangkunya), menyebabkan lokasi disini menjadi kurang begitu dikenali.

Sebelum dekade 80-an, tempat ini senantiasa menarik perhatian masyarakat luas serta menyita “energi” aparat pemerintah kabupaten. Bukan karena potensi pariwisatanya yang sangat besar, melainkan letak geografisnya yang mengesankan kawasan ini sebagai daerah terisolir.

Jika musim barat (hujan lebat disertai angin kencang) tiba, wilayah yang terdiri atas 27 pulau besar kecil ini sangat menyita perhatian. Sebab pada musim barat yang biasanya jatuh pada bulan November sampai Maret, hubungan masyarakat Karimunjawa dengan daratan Pulau Jawa praktis terputus. Jarang ada kapal berani berlayar, terlebih lagi kapal-kapal kecil milik para nelayan. Akibatnya, tentu bukan saja menyangkut masalah beras, tetapi juga berkait erat dengan penyediaan 9 bahan pokok yang terancam menipis maupun hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan.

Itu sebabnya, mengapa berwisata kesini biayanya relatif mahal. Untuk makan saja, kalau kita ingin menikmati sayuran dengan lauk ayam kampung mesti keluar kocek puluhan ribu rupiah per kepala. Ini pun tidak dapat tersaji setiap hari. Lantaran masyarakat setempat mesti mendatangkan bahan bakunya dari Jepara yang mereka tempuh selama dua hari pulang-pergi dengan perahu-perahu kecil. Kalau kita ingin makan murah di Karimunjawa, menunya hanyalah ikan laut bakar dengan sambal kecap saja. Karena harga minyak goreng di sini juga selangit.

Karena letaknya pula, Karimunjawa pada masa itu terkenal sebagai pulau “buangan” dan “hukuman” bagi aparatur pemerintah yang indisipliner. Namun ketika dunia pariwisata nasional mulai bangkit, setelah ekspor minyak tak lagi dapat dijadikan sebagai tumpuan utama, Karimunjawa kembali menjadi pusat perhatian.

Mengapa? Lantaran kawasan ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah, hutan mangrove, terumbu karang, dan sekaligus memiliki habitat berbagai jenis ikan laut dengan dukungan tingkat kejernihan air yang belum tersentuh polusi. Apalagi, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 161/MENHUT-II/1988 telah menetapkan kawasan seluas 111.625 hektar di Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut dengan titik berat untuk pengawetan sumber daya alam, penelitian, pendidikan lingkungan, tourisme dan rekreasi. Dengan demikian diharapkan fungsi ganda kawasan konservasi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis dan ekosistemnya serta kelestariannya dapat terjamin.

Kelayakan Karimunjawa yang berpenduduk sekitar 10.000 orang sebagai daerah tujuan wisata, sungguh tak dapat diragukan lagi. Hamparan pemandangan laut di sela-sela pulau, tingkat kejernihan air, pasir putih yang membentang di sepanjang pantai dengan pohon kelapa menjulang tinggi, ditambah 242 jenis ikan hias, serta 133 genera fauna akuatik, merupakan daya tarik yang layak dipasarkan baik kepada wisatawan domestik maupun manca negara.

Potensi ini oleh Pemkab Jepara dicoba dikemas dan dipadukan dengan potensi yang ada di dataran Jepara, terutama yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Langkah ini ditempuh mengingat letak Jepara yang “nglengkong” dan tidak dilewati jalur transportasi utama pulau Jawa.

“Sehingga diperlukan kiat khusus untuk menarik wisatawan maupun investor agar mau mengarahkan perhatiannya ke Jepara. Dengan demikian Jepara, khususnya Karimunjawa kelak bukan saja menjadi daerah tujuan wisata alternatif tetapi menjadi daerah tujuan wisata utama,” terang Bupati Jepara Drs Hendro Martojo.

Luas dataran kepulauan Karimunjawa adalah 7.120 hektar, berupa gugusan-gugusan yang terdiri atas 27 pulau. Namun yang resmi dihuni penduduk hanya 5 pulau yaitu Karimunjawa, Kemujan, Parang, Nyamuk dan Pulau Genting. Dataran Karimunjawa merupakan daerah dataran rendah yang mempunyai medan bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian 65 - 506 meter dari permukaan laut. Sebagian besar dataran terdiri hutan tropis dataran rendah. Sedangkan pantainya ditumbuhi bakau yang sekaligus penyusun tipe vegetasi mangrove dan perairannya banyak terdapat terumbu karang yang bisa dilihat dari atas perahu dengan mata telanjang karena airnya sangat jernih.

Menurut Hendro Martojo, yang menjadi daya tarik utama kepulauan Karimunjawa selama ini memang kondisi perairannya yang jernih. Saking beningnya, sehingga sekitar kedalaman 5 sampai 7 meter wisatawan masih dapat melihat pemandangan alam kehidupan bawah laut. Semua pulau di kawasan Karimunjawa juga memiliki pantai pasir putih dengan garis pantai yang panjang.

Jika anda cukup nyali dan ingin berkunjung ke Karimunjawa, sekarang tidak perlu lagi khawatir soal transportasi, akomodasi, komunikasi, listrik atau pun air minum. Soal transportasi, saat ini telah tersedia sedikitnya 2 buah kapal penumpang serta pesawat terbang jenis cassa. Perhubungan antar pulau di dalam kawasan kepulauan Karimunjawa dapat dilayani dengan perahu motor milik para nelayan. Sedang untuk rute Karimunjawa ke lapangan terbang bisa dilayani dengan kendaraan bermotor (ojek).

Apabila wisatawan ingin menikmati keindahan dasar laut Karimunjawa yang bening dan panorama indah pulau-pulau di sekitarnya, Pemkab Jepara telah menyediakan sebuah kapal ferry dan 2 buah kapal kaca yang bisa dimanfaatkan. Disamping itu guna menarik kunjungan para wisatawan telah pula dibangun dan disediakan sarana transportasi yang lain berupa lapangan terbang perintis, pelabuhan laut perintis di Tanjung Pudak serta pelabuhan perikanan di pusat kota Karimunjawa.

Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung supaya mau tinggal lebih lama, Karimunjawa juga telah melengkapi diri dengan sedikitnya 10 buah home stay milik penduduk, 1 buah wisma milik Pemkab dan 4 buah cottage milik swasta di Pulau Tengah. Diluar itu, Karimunjawa juga sudah memiliki sentral telepon otomat dengan fasilitas sambungan internasional. Khusus listrik, dicukupi melalui pembangkit generator. Sedang kebutuhan air minum dipasok dari sumur-sumur dan sumber air alami.

Masa depan Karimunjawa sebagai daerah tujuan wisata ke depan disorot bakal cerah, mengingat potensi dan pola pengembangan pariwisata di Jawa Tengah, yang akan menarik segi tiga emas “Semarang-Jepara-Karimunjawa”. Segi tiga ini secara umum masuk ke dalam sub daerah tujuan wisata A dan sub daerah tujuan wisata B dan pada kedua sub DTW inilah potensi wisata terbesar Jawa Tengah berada.

Tempat tujuan wisata potensial pada sub DTW A dan DTW B antara lain Surakarta dan sekitarnya, kawasan Dieng, kawasan Merapi-Merbabu, Semarang serta Jepara dengan Seni Ukir dan Karimunjawa. Potensi wisata pada wilayah-wilayah tersebut, secara terus menerus dikembangkan oleh pemerintah dan diharapkan dapat menarik sebanyak mungkin wisatawan baik nusantara maupun manca negara.

Hal ini terbukti dengan dibukanya bandara Adi Sumarmo Surakarta sebagai bandara Internasional yang bukan hanya diarahkan pada angkutan bisnis secara umum, namun juga diarahkan untuk penambahan gerbang masuk wisatawan ke Jateng. Dengan adanya gerbang Adi Sumarmo, diharap semakain banyak wisatawan manca negara yang datang ke Jateng, karena dapat langsung masuk tanpa harus transit di bandara lain sebelumnya.

Dengan adanya harapan segi tiga emas Semarang-Jepara-Karimunjawa menjadi alternatif utama tempat kunjungan wisata setelah Yogyakarta dan Surakarta, tentu membawa suatu keharusan bagi penyedia sarana akomodasi wisata yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Disamping itu perlu juga dikemas atraksi wisata, baik wisata alam dan atraksi wisata budaya. Dan bila saatnya nanti tiba, diharapkan akan ada penerbangan dari Bandara Adi Sumarmo Solo maupun bandara Soekarno-Hatta menuju Karimunjawa. “Kami merasa masih perlu terus menggenjot potensi wisata Karimunjawa, agar nanti dapat menjadi kekuatan riil perekonomian daerah. Bukan saja agar bisa memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah, tapi yang lebih penting, melalui kegiatan ini perekonomian masyarakat terangkat pada tataran yang lebih mapan,” jelas Bupati Jepara Hendro Martojo. (Pudyo Saptono).

Tidak ada komentar: